Jika kita lihat diberita, banyak yang memberitakan bahwa anak-anak Indonesia selalu berprestasi dalam Olimpiade pendidikan, seperti Olimpiade matematika, Olimpiade fisika dan sejenisnya. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak indonesia tidak kalah kepintarannya dengan anak-anak lain di dunia.
Tapi timbul pertanyaan, mengapa perkembangan teknolpgi kita berjalan lambat? Banyak jawaban dari pertanyaan itu salah satunya adalah sistem pendidikan yang kurang baik, walaupun demikian kemajuan sistem pendidikan kita berjalan cukup lancar, kemungkinan kebangkitan industri kita akan berlangsung 25-50 tahun yang akan datang.
Beda dengan Sekolah Finlandia, selalu mencapai peringkat tinggi dunia dalam pendidikan dunia, meski murid di negara Eropa tersebut menjalani jam belajar paling singkat di kalangan negara maju.
Tahun lalu, sebanyak 100 delegasi dan pemerintah asing berkunjung ke
ibukota Finlandia, Helsinki, dengan harapan belajar dari rahasia
keberhasilan sekolah di negara tersebut.
Pada tahun 2006, murid sekolah Finlandia mencatat prestasi rata-rata tertinggi di bidang sains dan membaca di jajaran negara maju.
Untuk ujian standard OECD, bagi siswa kelompok usia 15 tahun, PISA, mereka juga menempati peringkat kedua di matematika. Mereka berada di belakang siswa di Korea Selatan.
Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan
setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang
mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak
ditinggalkan.
Suatu taktik yang diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu
yang ditugasi untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata
pelajaran tertentu. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas
yang sama, tanpa memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut.
Menteri Pendidikan Finlandia, Henna Virkkunen, bangga akan catatan
prestasi negaranya, tapi sasaran berikut yang dia hendak capai adalah
menyasar para murid paling cemerlang.
Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek
di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi
pendidikan Finlandia.
Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid
tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka
terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
Ibu guru Marjaana Arovaara-Heikkinen yakin mempertahankan murid yang sama selama beberapa tahun juga mempermudah tugasnya.
“Saya seperti tumbuh dengan anak-anak saya sendiri. Saya melihat
masalah yang mereka hadapi ketika mereka kecil. Dan, kini setelah lima
tahun, saya masih melihat dan memahami perkembangan yang terjadi dalam
masa muda mereka, langkah terbaik yang mereka bisa lakukan. Saya katakan
kepada mereka saya seperti ibu sekolah mereka”, tuturnya.
Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia
tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif
ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga
bersemangat untuk mulai belajar.
Jasa Orang Tua
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang
mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan
keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka.
Mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Guru sangat dihargai dan standar pengajaran tinggi.
Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang
budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal.
Finlandia mencatat arus imigrasi kecil. Jadi, ketika murid mulai
belajar di sekolah, sebagian besar adalah penutur asli bahasa Finlandia
dan ini menyisihkan hambatan yang sering dihadapi oleh masyarakat lain.
Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak.
Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari
resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia,
berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar